Sex Dewasa Silahkan Cicipilah Tubuh ku
- Home
- Cerita Dewasa
- Sex Dewasa Silahkan Cicipilah Tubuh ku
Ceritahiho Sex dewasa – Cahaya lampu neon menyilaukan mata saat aku terbangun. Aku menemukan diriku berada di suatu ruangan. Ku perhatikan keadaan sekitar. Seluruh tembok dicat warna putih. Tidak ada jendela dan cahaya dari luar. Hanya ada pintu kayu di salah satu sisi ruangan. Ruangannya cukup besar. Namun hanya ada tempat tidur, meja, dan sebuah tv layar datar di atas meja tersebut. Mulutku tertutup lakban. Tanganku terikat. Ah… Dimana aku? Kenapa aku ada di sini? Aku kemudian mencoba mengingat apa yang terjadi padaku sebelum tak sadarkan diri.
Aku tadi mau pulang dari kampus. Saat menuju parkiran tiba-tiba ada seseorang yang membekap mulutku dari belakang. Setelah itu aku merasa pusing dan tak ingat apa-apa lagi, dan ketika bangun aku sudah berada di sini. Aku… apa aku diculik? Oh Tuhan… tidak… tolong… aku mau pulang… Pa… Ma… tolong Mita… seseorang… keluarkan aku dari sini!! Aku… aku takut!
Aku dikejutkan oleh suara pintu yang tiba-tiba dibuka oleh seorang pria. Orangnya sudah terlihat tua, tapi kekar berotot. Mungkin dia bekas pekerja kasar atau mantan tentara. Pria tersebut membawa nampan yang di atasnya terdapat piring dan gelas. Dia kemudian masuk dan duduk di dekatku. Aku meringsek mundur menjauh darinya. Aku tidak ingin dia mendekatiku!
“Tenang… saya hanya membawakan makanan untuk kamu…” ujarnya. Di tangannya ada pisau. Dia lalu mengarahkan pisau itu padaku. Aku takut setengah mati. Ternyata dia hanya ingin membuka ikatan tanganku. Lakban di mulutku juga dilepasnya.
“Sekarang makan dulu ya cantik”
Begitu lakban di mulutku lepas, aku segera berteriak. “TOLONG…!! SIAPAPUN TOLONG AKU… AKU” Dengan suara serak ketakutan aku mencoba teriak sekencang mungkin berharap ada yang mendengar. Tapi dia langsung membekap mulutku dengan tangannya.
“Kamu jangan macam-macam!! Tidak ada seorangpun yang bisa mendengarmu di sini…” ujarnya sambil mengarahkan pisau ke leherku. Nafasku tercekat. Air mataku mengalir.
“Jangan coba lakukan itu lagi, atau kamu tahu akibatnya… ngerti?” katanya sambil menampar pelan wajahku dengan sisi pisau yang datar. Aku hanya mengangguk terisak.
“Nah… sekarang makan” Dengan ketakutan aku turuti perintahnya. Dia kemudian pergi dan keluar dari ruangan. Meninggalkan aku sendirian.
……………………
Beberapa jam kemudian pria itu kembali masuk ke ruangan. Dia membawa makanan lagi untukku. Piring bekas ku makan tadi dia ambil. Dia kembali menyuruhku makan. photomemek.com Aku melihat pintu yang terbuka. Ingin rasanya aku menggunakan kesempatan ini untuk kabur melewati pintu tersebut. Tapi mungkin itu akan jadi percobaan sia-sia. Aku takut dia akan melukaiku kalau aku kembali berusaha kabur. Untuk saat ini aku hanya bisa pasrah. Berharap bantuan akan datang menolongku.
“Saya ingin ke buang air kecil” ujarku lirih saat dia akan keluar.
“Hmm… baiklah… ayo ikut… Saya juga tidak berniat untuk mengurung kamu selamanya di sini jika kamu bisa menjaga sikapmu” katanya.
Dia lalu membawaku keluar ruangan. Ternyata keadaan di luar sama tertutupnya. Tidak ada jendela dan cahaya dari luar. Aku sungguh penasaran di mana aku sebenarnya. Mungkin di gudang atau bekas pabrik. Memang tidak ada gunanya berteriak karena sepertinya tidak akan terdengar dari luar. Hal itu membuatku ciut. Hatiku jadi sedih memikirkan berapa lama aku akan berada di sini. Tapi… ya… untuk saat ini aku ikuti saja perintahnya dan tidak melawan. Aku jangan berusaha melarikan diri dulu. Aku takut dia marah dan melukaiku.
“Kamu bisa pakai kamar mandi ini… kamu juga harus mandi… Saya punya banyak baju perempuan… nanti saya bawakan untukmu” ujarnya mendorong tubuhku ke dalam. Kamar mandinya lumayan bersih. Peralatan mandinya juga lengkap, tapi masalahnya kamar mandi ini tidak ada pintunya.
“Kenapa? Ayo mandi…”
“Tapi…”
“Kamu gak usah malu telanjang di depan saya, ayo buka bajumu, lalu mandi, hehe” balasnya. Sial… dia ternyata juga orang yang mesum.
“Apa yang bapak mau dari saya? Uang? Akan saya berikan berapapun yang bapak mau! Tapi bebaskan saya dari sini… Saya gak akan lapor siapa-siapa… Tolong pak… bebaskan saya”
“Hehehe… Saya gak butuh uang kamu… Sekarang mandi” suruhnya lagi.
Aku hanya bisa pasrah. Aku kemudian mulai membuka pakaianku hingga akupun telanjang bulat, lalu mulai mandi. Pria itu masih di sana. Tidak beranjak dari pintu sedari tadi. Baru kali ini aku mandi sambil dilihat oleh orang lain, terutama pria. Aku berusaha tidak mempedulikan keberadaannya, apalagi menatap matanya. Aku begitu malu dilihat sedang telanjang bulat begini. Aku takut jika dia masuk dan berbuat tak pantas padaku.
Selesai mandi dia membawakanku handuk dan beberapa potong pakaian. Pria itu juga melihatku handukan dan berganti pakaian. Sangat memalukan.
Aku kemudian kembali ke ruangan tadi. Dia menyuruhku makan makananku yang belum sempat aku makan. Sambil makan dia mengajakku ngobrol. Dia menanyakan banyak hal padaku yang kujawab apa adanya. Dia ingin tahu banyak tentangku. Kadang dia cerita sendiri tentang kehidupannya. Aku tidak ada pilihan selain mendengarkannya. Bahkan kadang ada cerita-ceritanya yang membuat aku tertarik mendengarnya. Bapak itu ternyata bernama pak Jun. Benar ternyata kalau dia adalah mantan tentara.
Selagi kami bercerita dia terus memandangi tubuhku. Risih tentunya. Aku tidak ada pilihan lain selain membiarkannya terus menatap tubuhku. Setidaknya makanannya cukup enak. Baru kai ini aku merasakan masakan seperti ini.
“Kamu sepertinya menikmati makananmu…. Kamu pengen tahu apa yang kamu makan?” tanyanya begitu aku menghabiskan makanku. Aku hanya diam.
“Kamu harus tahu, ayo ikut saya ke belakang” ajak pak Jun menarik tanganku dan membawaku ke belakang.
Kami kemudian sampai di depan pintu suatu ruangan. Dengan cengengesan dia mengajak aku masuk. Begitu pintu dibuka aroma darah langsung tercium. Dia mengolah daging apa sih di sini? filmbokepejpang.com Saat aku masuk, aku dibuat merinding. Aku terkejut dengan apa yang aku liat. A-apa-apaaan ini!? Potongan tubuh, dan organ-organ manusia berserakan dimana-mana! Darah memenuhi setiap sudut ruangan. A-aku pengen muntah. Aku tidak kuat melihat yang seperti ini. Oh Tuhan… Apa yang sedang ku lihat ini!? Siapa pria ini sebenarnya!?
Di tengah-tengah ruangan tersebut ternyata ada seorang perempuan yang meronta-ronta terikat dengan tangan diikat keatas. Usianya kurang lebih sama denganku. Tubuhnya telanjang bulat tanpa pakaian. Mulutnya yang tertutup lakban berusaha menjerit. Dia seperti ingin mengatakan sesuatu padaku. Perempuan itu memang tidak bisa berbicara, tapi dari tatapan matanya aku tahu apa yang ingin dia katakan padaku. ‘Lari!!!’
Aku ketakutan! Aku langsung putar badan ingin keluar dari ruangan ini. Tapi tubuhku ditahan oleh pak Jun.
“Mau kemana Mita cantik?” ucapnya.
“Lepasin!!!” Aku dorong tubuhnya menjauh dariku lalu berlari meninggalkannya. Aku terus berlari meskipun tidak tahu arah tujuan langkahku. Tempat ini begitu luas dan bersekat seperti labirin. Aku tidak bisa menemukan pintu keluar. Namun aku harus keluar dari sini bagaimanapun caranya. Aku tidak ingin jadi korban berikutnya. Aku gak mau mati!
Aku melihat pria itu ternyata sudah berada di depanku. Dia menghadang jalanku! Sepertinya sedari tadi aku hanya berputar-putar!
“Tolong… biarkan saya pergi!!” ucapku memohon.
“Maaf Mita sayang… saya gak bisa membiarkan kamu pergi dari sini… Sekarang kamunya tenang dulu… ” tiba-tiba pak Jun membekap mulutku dengan kain. Aku langsung lemas menghirup bau kain itu. Dalam hitungan detik semuanya menjadi gelap. Aku tak sadarkan diri.
Aku terbangun di ruangan itu lagi. Tanganku terikat lagi, mulutku juga sudah dilakban lagi. Aku kembali teringat apa yang tadi ku lihat. Sumpah aku takut! Aku tidak pernah merasa setakut ini dalam hidupku. Aku gak mau mati! Apalagi mati seperti itu! Untuk sekarang aku bersyukur kalau aku masih hidup. Gimanapun aku harus keluar dari tempat ini.
Tiba-tiba ada yang masuk ke dalam kamar. Pak Jun! Adrenalinku langsung terpompa begitu melihat sosoknya. Dadaku berdebar kencang. Apa yang akan dia lakukan!?
“Sudah bangun ya? Hehe” ucapnya terkekeh. Aku mencoba meronta, tapi apa daya tangan dan kakiku terikat. Menjeritpun tidak bisa karena mulutku dilakban.
“Hahaha… jangan takut gitu dong Mita sayang… “ Dia kemudian naik ke atas ranjang. “Cantik banget kamu… putih mulus…” ucapnya sambil membelai tubuhku. Aku kembali menjerit putus asa, mencoba meronta. Aku takut kalau dia akan membunuhku saat ini juga. Tangannya yang besar dan kasar meraba-raba tubuhku, dari ujung kaki terus naik hingga ke paha. Tangannya kemudian malah membelai-belai pahaku. Mataku memejam menahan ransangan. Di tengah rasa takut yang amat sangat aku justru merasa horni karena ulah tangan nakalnya. Aku bingung dengan diriku kenapa malah horni. Aku seharusnya lebih memikirkan nasib nyawaku!
Tangannya kemudian membelai wajahku, terus turun ke leher. Cukup lama tanggannya berada di leherku seperti mencekik, aku pikir aku akan dibunuhnya dengan cara dicekik, tapi ternyata dia tidak benar-benar mencekikku. Hanya mengenggam leherku saja.
Slurppp…. dia tiba-tiba menjilat pipiku. Dapat kurasakan aroma rokok dan alkohol dari mulutnya.
“Manis banget…. Duh, saya jadi tidak sabar pengen ngerasain kamu… pasti enak banget, hahaha” ucapnya tertawa. Ah, gila! Sumpah, ucapannya bikin aku bergidik ngeri. Air mataku mengalir. Aku menangis tersedu-sedu karena saking takutnya dibunuh.
“Tapi gak sekarang… saya tidak ingin terburu-buru, hehe…” Dia lalu bangkit, kemudian menancapkan flash disk pada tv yang ada di atas meja. Tak lama kemudian layar tv tersebut menampilkan tayangan video yang membuat darahku berdesir. Yaitu adegan dimana seorang wanita dieksekusi olehnya. Astagaaa!! Itu wanita yang aku lihat tadi!! Dengan kaki dan tangan terikat, wanita itu kemudian dibaringkan di atas meja. Dia tampak meronta hebat ingin melepaskan diri. Tapi tak lama kemudian dia lalu disembelih!! Suara kesakitan wanita itu terdengar mengerikan. Oh tuhaaaaan!! Aku tidak kuat melihatnya. Ini mengerikan! Aku takut… mual.
Aku mengalihkan pandanganku dari layar tv. Tapi pak Jun memegang kepalaku memaksaku untuk melihatnya. Tiap kali aku mencoba memejamkan mata pipiku ditampar olehnya.
“Ayo lihat!” Bentaknya. Mau tidak mau akupun terpaksa melihatnya sambil menangis tersedu-sedu. Tampak darah mengucur deras dari leher wanita itu. Darahnya yang begitu banyak ditampung pada sebuah baskom. Setelah darah berhenti mengalir dari leher perempuan itu, perempuan itu kemudian mulai dipotong-potong! Organ dalamnya dikeluarkan! Air mataku tak henti-hentinya mengalir karena ketakutan melihatnya. Menyeramkan. Orang ini betul-betul biadab!
Pak Jun kemudian bangkit dan mematikan layar tv. “Gimana? Keren kan? hahaha… kamu mau kan seperti itu?” tanyanya. Aku menggeleng ketakutan, dia tertawa. “Sayangnya itu bukan pilihan, kamu tetap akan berakhir jadi makanan… hahaha… tapi kamu bisa memilih untuk pasrah rela dibunuh atau dengan paksaan… hahaha” ucapnya sambil melepaskan lakban di mulutku.
Dia kemudian ingin beranjak pergi.
“Kenapa??” tanyaku lirih.
“Hmm??”
“Kenapa aku?” tanyaku lagi. “Kenapa aku yang bapak pilih?”
“Hmmm…. Kenapa ya… mungkin itu memang takdir kamu” jawabnya santai lalu pergi dari ruangan ini.
Aku kembali menangis tersedu-sedu. Aku mengutuki nasibku kenapa bisa jadi seperti ini. Aku tidak menyangka nasibku malah berakhir di tempat seperti ini. Aku harap ada yang bisa menolongku.
~~
Sudah 3 hari aku disekap di sini. Aku yakin keluarga dan teman-temanku sedang mencariku. Tapi tampaknya mereka tidak bisa menemukan keberadaanku. Aku betul-betul pasrah menunggu mati sekarang ini.
Berkali-kali pak Jun kembali memaksaku untuk melihat rekaman-rekaman penjagalan. Tidak hanya itu, dia mulai mendoktrinku tentang nikmatnya menjadi korban kanibal. Dia mengatakan kalau itu bentuk pemujaan terhadap tubuh wanita. Dia mengatakan kalau dia melakukan itu justru karena begitu mengagumi wanita. Tapi pak Jun mengatakan belum pernah ada yang secantik diriku, dan selama ini tidak ada yang rela pasrah dibunuh. Tentu aja tidak ada! Siapa juga yang rela dibunuh dan dijadikan makanan.
Namun pak Jun terus gigih merubah cara berpikirku. Dia terus mendoktrinku kalau dibunuh dan dijadikan korban kanibal itu nikmat. Dia berharap banget aku mau dibunuh dengan suka rela untuk dijadikan santapannya. Aku mulai dilarang berpakaian. Akupun kini selalu telanjang bulat. Setiap saat aku bugil. Sambil mendoktrin ataupun saat menayangkan rekaman video penjagalan itu, dia terus merangsangku dengan menggerepe-gerepe tubuhku. Tubuh telanjangku dielus-elus, buah dadaku diremas-remas, tangannya juga menjamah vaginaku dan memilin klirotisku. Bikin aku horni berat bersamaan dengan rasa takut! Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Namun di tengah rasa takutku, dia justru berhasil membuatku orgasme.
~~
Perlahan, aku jadi mulai terangsang dengan ucapan-ucapannya yang memuji tubuhku sampai ingin memakanku. Saat membayangkannya entah kenapa aku jadi horni. Tapi tetap saja aku tidak pengen beneran dibunuh. Aku belum mau mati! Jika itu hanya sekedar fantasi mungkin aku bisa lega. Tapi tidak, dia beneran ingin membunuhku, lalu memakanku.
Pak Jun ternyata tidak sendirian. Dia punya beberapa teman yang sama biadab dengannya. Dia ternyata tidak sendirian dalam menjalankan aksinya.
Mereka sepertinya sangat tidak sabar, berkali-kali mereka mempraktekkan hal-hal aneh padaku. Seperti saat ini, aku dibaringkan di lantai dengan kondisi telanjang bulat. Lalu mereka beramai-ramai menjilati seluruh tubuhku. Gila banget rasanya dijilati ramai-ramai begitu. Aku dimandikan pake lidah dan liur mereka!! Geli banget rasanya… tapi sukses bikin horni. Mereka bahkan seperti ingin beneran memakanku dengan menggigit-gigit kecil tubuhku. Tanganku digigiti, kupingku, hidungku, dan tentu saja putting buah dadaku. Pokoknya seluruh tubuhku penuh oleh liur dan cupangan mereka. Anehnya aku malah tertawa geli menerima perlakuan mereka. Aku menikmati, bahkan sampai orgasme berkali-kali. Membuat mereka semakin kesenangan karena bisa meminum cairan memekku.
“ Aawwwhh… geli…”
“Ayo makan Mita… makan yang banyak.. hihihi.. ughh… Mita sampeeeeeeee.. nghhhhh aaaahhhhhhhhhhh”
“Mita suka… aaahhhhhhh…. pak… jilatin semua… gigitin terus Mitanya…. ahhhh”
Aku hilang akal karena dilanda horni sampai berkata-kata seperti itu. Aku terus menjerit-jerit kenikmatan. Harus ku akui, aku sangat suka tubuhku dipuja-puja sampai mau dijilatin seperti itu. Dari keringat, ludah sampai cairan memekku habis dinikmati oleh mereka.
Aku yang lagi horni sampai memikirkan apa jadinya kalau aku membiarkan saja mereka beneran memakanku. Aku senyum-senyum. Hmm… sepertinya dijadikan makanan asik juga. Tidak!! Oh Tuhan, apa sih yang aku pikirkan!?
****
Malamnya aku terbangun, aku diajak pak Jun kembali ke ruangan penjagalan. Kondisiku telanjang bulat seperti biasa. Rasanya mengerikan saat kembali ke ruangan ini. Aku pikir aku akan dieksekusi. Tapi pak Jun mengatakan kalau dia tidak akan mengeksekusiku hari ini.
Di sana tampak seorang gadis yang berbeda dari yang ku lihat waktu itu. Kondisinya sama seperti gadis yang ku lihat sebelumnya di hari pertama aku di sini. Mulut tertutup lakban dan tangan terikat tergantung ke atas. Di sisi ruangan, tampak potongan kepala gadis yang aku lihat sebelumnya itu tergeletak di lantai. Menyeramkan!!
“Pak… kita mau ngapain ke sini? Bapak mau bunuh Mita sekarang?” tanyaku. Takut tapi bercampur horni membayangkan akan dibunuh. Aneh.
“Tidak kok… dek Mita yang cantik imut tidak akan dibunuh hari ini… sebelum ini kan kamu hanya melihatnya dari video, sekarang saya pengen nunjukin langsung ke kamu… bahkan supaya kamu lebih menghayati, saya pengen kamu yang melakukannya…” Dia lalu mengambil pisau dan menyerahkannya padaku. “Ini… bunuh gadis itu… kamu ingat caranya dari rekaman yang kamu tonton kan? hehehe” ucapnya.
Hah? Gila!! Masa aku disuruh membunuh perempuan itu! Benar-benar biadap pria ini. Tapi kuterima juga pisau itu… sesaat aku kepikiran untuk menggunakan pisau itu untuk balik menyerang pak Jun, dengan begitu aku bisa pergi dari rumah ini. Kebetulan teman-temannya sedang tidak ada dan hanya ada kami berdua di sini. Tapi tidak jadi ku lakukan. Aku malah menghampiri gadis yang terikat berdiri tersebut.
“Ayo bunuh dia…. atau kamu yang akan saya bunuh sekarang, hahaha” ujar pak Jun. Aku mengangguk dengan cepat mengisyaratkan akan menuruti perintahnya. Aku terpaksa melakukannya dari pada aku yang akan mati.
Tapi tentu saja aku tidak punya nyali untuk membunuh. Hatiku gak kuat untuk melakukan hal biadab seperti itu.
“Ya sudah, mari saya bantu…” Dia lalu berdiri di belakangku, tangannya memegangi tanganku yang menggenggam pisau.
Ku lihat gadis yang terikat itu meronta-ronta begitu pisau mendekati tubuhnya. Dia berusaha berteriak namun mulutnya tertutup lakban.
Aku kembali menoleh ke pak Jun karena merasakan tangannya pada buah dadaku. Satu tangannya lalu meremas buah dadaku sementara tangannya yang lain memegangi tanganku. Dia lalu mengajakku berciuman. Saat berciuman itulah dia menuntun tanganku yang memegang pisau ke perut perempuan itu. Perempuan itu mati di tanganku!
“Maaf” ucapku dalam hati, pak Jun kemudian menuntun tanganku untuk terus mengambil garis lurus ke bawah hingga perut perempuan itu terbelah dan isi perutnya keluar. Tentunya masih sambil diciumi dan digerepe pak Jun. Perempuan itu kejang-kejang dijemput maut.
“Sekarang habisi dia… sayat lehernya…” suruh pak Jun yang tak lagi memegangi tanganku. Aku lalu dengan cepat menyayat lehernya hingga darahnya mengucur kencang dan muncrat mengenaiku. Akhirnya gadis itu tak bergerak lagi.
Ahhh.. aku sudah membunuh orang. Aku membatu dan terpana dengan pemandangan mengerikan di depanku. Tidak menyangka aku akan melakukan hal sekeji ini. Aku kembali merasakan mual dan ingin muntah. Ya tuhan! Apa yang baru saja ku lakukan! Tapi entah kenapa, sesaat aku tadi horni melihat gadis itu meronta kehilangan nyawanya.
“Hehehe, bagus sekali Mita… kamu berbakat… Nah… sekarang kamu lanjutkan… keluarkan organ dalamnya” suruh pak Jun kembali lanjut menciumi dan menggerepeku.
“O..oke…” jawabku.
Begitulah, pak Jun terus menggerepeku dan mengajakku berciuman saat aku melakukan intruksinya. Aku melakukannya tanpa protes. Aku dan pak Jun malah semakin hot berciuman saat gadis yang di depanku semakin tercincang-cincang. Kami berdua bermandikan darah. Aku justru merasa sangat erotis. Tentu saja aku jijik dan mual ketika menuruti perintahnya, tapi ya itu tadi, entah kenapa aku juga horni. Malah jadi semakin horni karena pak Jun yang terus menggerepe dan mengajakku berciuman.
“Oke… saya rasa sudah cukup, kerja bagus Mita… hahaha” suruh pak Jun kemudian. Dia tertawa melihat diriku yang bingung. Ya aku bingung… takut, horni, semuanya bercampur jadi satu. Aku tidak ingin mati, tapi semakin aku memikirkan kalau aku akan dibunuh dan dimakan aku justru semakin horni. Aku kemudian kembali ke kamar setelah mandi. Aku ingin mengistirahat pikiranku.
***
Sudah seminggu aku disekap di sini. Sepertinya doktrin mereka berhasil. Aku dibuat penasaran rasanya jika dibunuh oleh mereka untuk dijadikan makanan. Aku selalu terangsang ketika memikirkannya. Aku ingin dibunuh seperti gadis-gadis itu. Makin hari aku makin terangsang memikirkan kalau diriku menjadi santapan pak Jun dan teman-temannya. Bagaimana tubuh telanjangku yang selalu ku rawat, yang dikagumi banyak pria ini, akan berakhir menjadi makan malam mereka.
“Ayo Mita, kita ke ruang eksekusi lagi…” ajak Pak Jun dan teman-temannya.
Aku menyahut dengan antusias, “Yuk”
Akupun kembali ke ruang itu lagi. Aku selalu merasa takut dan ngeri setiap kembali ke ruangan yang penuh darah dan daging manusia yang terpotong-potong ini. Tapi memikirkan tak lama lagi aku akan dieksekusi di sini membuatku bergidik horni. Takut tapi horni.
“Pak… Mita disuruh ngebunuh lagi ya? Atau bapak mau bunuh Mita sekarang?” tanyaku pada pak Jun sambil memeluk tangan kanannya. Aku kini malah bertingkah manja pada pak Jun.
“Tidak… kita simulasi dulu… biar kamu tahu nikmatnya di posisi korban, haha”
“Simulasi?“
“Iya…. gak dibunuh beneran”
“Ohh…”
“Kenapa? Kamu mau langsung dibunuh sekarang? Hahaha”
“Nggak pak… Mita mau simulasi dulu… biar Mita makin nikmatin waktu dibunuh sama bapak nanti… hihihi”
“Hahaha… kamu itu gemesin banget Mita… akhirnya ada cewek yang beneran rela kami bunuh, selama ini mereka terus berontak, tapi kamu malah suka… hahaha” ucap teman-temannya. Aku sendiri juga tidak tahu kenapa aku sampai pada titik ini: rela dibunuh oleh mereka. Tentu saja aku takut dibunuh, aku takut mati. Tapi entah kenapa aku juga horni. Membayangkan mereka menyukai dan memuja tubuhku sampai pengen memakannya bikin aku horni.
` Aku yang memang selalu bugil kemudian diseret ke pojok ruangan yang terdapat bak air yang besar dan selang-selang. Sepertinya di sini tempat membersihkan daging-daging dan tempat memandikan gadis-gadis sembelihan mereka sebelum dieksekusi. Benar saja, pak Jun kemudian mengarahkan selang padaku dan menyemprotkan air yang amat kencang ke seluruh tubuhku. Dia menyiram seluruh tubuhku dari atas hingga bawah. Semprotan airnya cukup kencang dan membuat aku kesakitan. Aku gelagapan dan sulit bernapas karena tidak henti-hentinya disemprotin air. Pengen minta berhenti, tapi untuk ngomong aja susah. Lagian kan aku harus nurut. Aku harus pasrah aja diapain sama mereka.
“Nmghh… nngghhhh… Uhh..ngmmmhhh..” Akhirnya aku hanya bisa melenguh-lenguh gak jelas.
Teman-teman pak Jun yang berjumlah 4 orang itu kemudian mendekatiku. Mereka menggosok-gosok tubuhku dengan tangan mereka dengan dalih membersihkan, padahal lebih ke meraba-raba. Tubuh bugilku habis digerepe-gerepe sama mereka sambil terus disemproti air. Buah dadaku diremas-remas, putingku ditarik dan dipilin, vaginaku juga diraba-raba. Lagi-lagi aku hanya bisa mendesah horni. Bahkan aku sampai orgasme hanya dalam hitungan menit.
“Nggghhh… Mita sampeeeee….” crrtttt crrtttt
Tentu saja mereka semua tertawa puas melihat aku orgasme gini. Tapi mereka masih belum puas, mereka terus menggerepe-gerepe tubuhku hingga aku berkali-kali orgasme. Badan aku emang jadi bersih sih dimandiin mereka, tapi aku jadi tersiksa keenakan dibikin orgasme terus.
Tapi ternyata mereka tidak hanya ingin bagian luar tubuhku saja yang ingin dibersihkan, tapi bagian dalam juga!
“Ayo Mita, buka mulut kamu… kita bersihkan sampai dalam-dalam…” suruh pak Jun.
“Mita nya mau tidak nih pak Jun? Kan kita cuma simulasi aja… “ ujar temannya.
“Gak apa pak… Mita mau kok… Mita harus total banget disimulasi ini seperti beneran akan dibunuh, Mita rela kok diapain aja sekarang…” ucapku kemudian.
“Hahaha, tuh.. Mitanya mau… Dek Mita ini emang cewek idaman banget, hahaha” ucap pak Jun.
Mereka kemudian merebahkan tubuhku di lantai. Tiga orang dari mereka kemudian masing-masing memegang selang. Sumpah aku deg-degkan membayangkan akan diapakan oleh mereka. Salah seorang temannya kemudian menyiram vaginaku, selang itu hanya sedikit masuk saja ke vaginaku, semprotannya lumayan kencang. Aku jadi takut selaput daraku robek gara-gara semprotan air itu. Temannya yang satunya memasukkan selang itu dengan paksa ke lubang anusku. Gila! Perih banget rasanya. Ini pertama kalinya ada benda yang memasuki lubang anusku. Aku dianal pake selang! Ughh… semprotannya juga kencang, aku langsung merasa mules karena perutku yang langsung kembung. Sedangkan Pak Jun kemudian memasukkan sebuah selang ke dalam mulutku.
Aku dicekoki berliter-liter air yang tidak habis-habisanya dari selang sampai aku muntah-muntah. Aku kesulitan bernapas. Sumpah baru pertama kali aku tersiksa seperti ini. Aku ketakutan banget. Tapi aku juga horni banget. Tubuhku dimasuki air baik dari atas maupun dari bawah. Lambung dan ususku dipenuhi air. Aku dapat merasakan seluruh isi perutku dikuras oleh air tersebut. Sisa makanan yang ada di lambungku keluar semua karena aku yang tidak hentinya muntah-muntah. Begitupun dengan kotoran-kotoran di usus besarku. Semuanya keluar.
Akhirnya setelah beberapa saat mereka berhenti. Mereka membiarkan aku muntah-muntah mengeluarkan sisa air yang masih ada di tubuhku. Anusku juga masih mengeluarkan air. Bagaimanapun rasanya emang menyakitkan, aku sampai menangis dan mengeluarkan air mata karena tadi begitu ketakutan dan kesakitan.
“Kamu gak apa-apa Mita?” tanya seorang temannya. Aku menggelengkan kepala, lalu kembali muntah-muntah. Tiap sesudah muntah aku malah melirik mereka dan tersenyum. Aku ingin menunjukkan kalau aku menikmati siksaan yang mereka berikan.
Akhirnya aku merasa lega. Tubuhku terasa ringan sekali setelah dibersihkan dengan cara brutal oleh mereka. Sepertinya bagian dalam tubuhku benar-benar jadi bersih sekarang.
“Makasih bapak-bapak… nghh… udah bersihin Mita… Mita senang” ucapku dengan nafas masih tersengal-sengal.
“Sama-sama, hahaha”
“Nah jadi gitu, sebelum nanti kamu dibunuh, kamunya akan dibersihin seperti ini… udah paham kan? Hehehe” ucap pak Jun.
“Iya…” jawabku tersenyum. “Mita rela kok dibersihin berkali-kali sama kalian seperti ini… Mita milik kalian,” ucapku senyum-senyum. Teman-teman pak Jun yang jadi gemas melihat aku bicara begitu malah mengelilingiku dan meraba-raba tubuhku lagi. Mereka kemudian mengeluarkan penis mereka dan memintaku mengocok dan mengoral penis mereka. Aku turuti saja karena emang udah horni. Tapi tidak lama kemudian Pak Jun menghentikannya.
“Udah… stop dulu, kalian tahan dulu diri kalian sampai hari eksekusi Mita nanti… “ lerai pak Jun. Teman-temannyapun mendengar perkataan pak Jun. Malah aku yang kesal karena sebenarnya aku nikmatin banget disodori penis rame-rame gini, ugh!
“Simulasinya belum selesai, Mita… jangan godain mereka dulu… ntar kamu aku bunuh lho…” ancam pak Jun dengan maksud bercanda.
“Ish… Mita gak godain kok… emang salah Mita ya karena punya badan yang nafsuin dan wajah cantik? Weeeek” ucapku dengan gaya imut. Pak Jun dan teman-temannyapun tertawa.
“Duh, pokoknya sebelum dibunuh besok, gue harus entotin nih cewek” ucap salah satu temannya.
“Iya, gue juga…”
“Gue juga…” ucap teman-temannya yang lain. Aku malah tertawa mendengar mereka yang jadi kebelet pengen entotin aku gitu.
“Gimana Mita, kamunya kita entotin dulu ya sebelum kita bunuh?” tanya teman pak Jun.
“Hmm… boleh, tapi waktu hari eksekusi aja ya pak… Silahkan ambil perawan Mita sesaat sebelum nyawa Mita kalian ambil, biar lebih berkesan dan sensasional… hihihi” ucapku dengan ekspresi nakal. Vaginaku langsung berdenyut dan merembeskan cairan karena aku berkata begitu. Mereka semua juga tampak sumringah mendengar aku berkata begitu. Merekapun setuju. Sepertinya mereka memang tidak berniat untuk menyimpanku untuk terus disetubuhi dalam waktu yang lama. Sepertinya obsesi terbesar mereka tetaplah untuk menikmati tubuhku dengan cara dibunuh dan dijadikan makanan. Dasar orang-orang biadab. Tapi gak masalah sih, aku udah pasrah bersedia diapain aja sama mereka. Aku rela disetubuhi. Aku rela dibunuh dan dijadikan makanan.
Mereka kemudian menyuruhku berdiri, aku lalu dituntun ke tengah-tengah ruangan. Tanganku lalu diikat ke atas.
“Nah…. sekarang bagian puncaknya… beginilah nanti nyawa kamu kita ambil… hehe” ucap pak Jun.
“Iya pak Jun dan bapak-bapak semua… Mita rela dibunuh kalian, ayo-ayo bunuh Mita…” ucapku manja.
“Duh…. Mita emang sempurna bangeeet, hahahaha” ucap mereka.
Pak Jun kemudian mengambil pisau dan mendekatiku. Aku tau kalau ini hanya simulasi, tapi melihat pisau didekati ke arahku bikin aku berdebar-debar. Pisau itu kemudian ditempelkan di leherku lalu digoreskan ke leherku, tapi dengan bagian yang tumpul, bukan dengan bagiam mata pisau yang tajam. Gilanya aku malah orgasme begitu pisau itu digesekkan di leherku. Kenapa sih aku ini!? Kok bisa sampai orgasme!?
Setelah di leher, pisau itu terus digesekkan turun seakan membelah perutku, lagi-lagi aku dibuat orgasme. Gila sih ini, parah banget akunya! Orgasme terus gara-gara membayangkan sedang dibunuh beneran!! Mereka semua tampak tertawa melihatku. Senang banget melihatku menikmatinya.
Pisau itu juga dimain-mainkan dekat vaginaku. Lagi-lagi aku orgasme dan dibuat squirting.
“Hahahaha… enak banget ya Mita? Kamu suka?”
“Iya pak… Mita suka…ngmmhhhh”
Crrtttt Crrrtttt
Aku orgasme lagi!! Lacur banget akunya.
“Ini baru simulasi lho… apalagi kalau dibunuh beneran besok, pasti kamu lebih suka lagi, hahaha”
“Iya pak… Mita gak sabar untuk beneran dibunuh sama bapak-bapak tercinta… Mita rela dengan ketulusan hati bapak bunuh… Tubuh dan nyawa Mita milik bapak-bapak… argghhh”
Cukup lama juga pisau itu menari-nari di tubuh telanjangku. Dari leher, wajah, buah dada, perut, hingga sekitar vaginaku. Akupun dibuat terus-terusan orgasme dari tadi hanya dengan besi dingin tajam yang terus menempel di tubuhku itu. Aku tidak menyangka bisa horni seperti ini. Vaginaku betul-betul becek, terus berdenyut-denyut. Yang paling aku sukai adalah ketika pisau itu ditampar-tampar ke gundukan vaginaku. Sensasional banget rasanya.
Setelah aku lemas tak berdaya karena badai orgasme, ikatan tanganku kemudian dilepaskan. Aku kemudian dibawa kembali ke kamar. Aku sangat mengantuk. Namun aku menyukai semua yang mereka lakukan padaku tadi. Aku bahkan gak sabar menanti hari eksekusiku. Ahhh… aku heran dengan diriku sendiri. Aku bingung kenapa kini aku justru menyukai hal yang sangat menakutkan itu. Mungkin benar apa yang dikatakan pak Jun waktu itu, kalau aku memang ditakdirkan untuk dibunuh dan dijadikan makanan.
****
****
Malam itu aku lagi horni banget. Selama disekap disini aku gak pernah mastubasi sebelumnya, tapi sekarang aku melakukannya. Ya iya gak pernah, dulu yang ada hanya rasa takut, aku takut diperkosa, aku takut dibunuh, aku takut dijaikan makanan. Tapi kini, setiap memikirkan nasib diriku yang akan dibunuh dan dijadikan makanan orang-orang itu membuat aku jadi hornian. Ah, kok bisa sih aku horni gak jelas ginih? Ahhhh… pliiisss…. Pak Jun… Mita ingin dibunuh, Mita ingin dimakan. Ugh…Mita horni Pak…. Sembeli Mita sekarang pliss….
Dalam beberapa saat kemudian vaginaku sudah becek banget. Tapi aku merasa belum puas. Aku ingin lebih. Jika beneran harus dibunuh sekarang aku bahkan rela, karena pasti aku bakal orgasme dengan kenikmatan tak terhingga saat nyawaku diambil.
Tengah malam itu aku kemudian keluar kamar, aku mencari pak Jun. Ku temukan dirinya sedang duduk di suatu ruangan sambil merokok. Dia terkejut melihat kedatanganku.
“Ada apa dek Mita? Belum tidur?” tanyanya.
“Gak bisa tidur pak…” aku kemudian duduk di sebelahnya.
“Bapak kenapa belum tidur?” tanyaku balik.
“Hahaha, saya habis makan malam… rokok dulu sebentar”
“Owhh…” tanpa bertanya aku tentunya sudah tahu apa makan malamnya tersebut. Pastinya daging perempuan muda. “Enak ya pak?” tanyaku lagi.
“Enak dong… tapi saya yakin kalau daging kamu pasti lebih enak… cewek cantik seperti kamu pasti dagingnya empuk banget, apalagi yang dengan kerelaan hati bersedia disembelih dan dijadikan makanan, pasti luar biasa enaknya, hahaha”
“Ihh…. Pak Jun… Emangnya Mita seenak itu apa? Hihihi”
“Iya… pasti terjamin enaknya…” Pak Jun kemudian mengelus lenganku “Tuh, mulus banget kulit kamu, kulit kamu kenyal, pasti dagingnya juga empuk…”
“Hihihi, pak Jun nakal pegang-pegang…”
“Hahaha… Kamu itu gemesin banget Mita… jangan sampai aku bunuh kamu sekarang lho… hahaha”
“Hihihi, kenapa pak? Bunuh aja Mita sekarang… mau Mita ambilin pisaunya??” tawarku.
“Kamu jangan godain saya ya… beneran saya bunuh kamu nanti….”
“Ayo ayo pak bunuh Mita… nih nih….” balasku sambil menengadahkan kepala menghadapkan leherku padanya, tanda bersedia disembelih sekarang olehnya.
“Ya ampun kamu ini… saya beneran pengen bunuh kamu sekarang lho…”
“Mita juga gak sabar kok dibunuh bapak, hihihi… Mita ambil pisaunya ya pak…” Aku lalu inisiatif mengambil pisau di dapur tanpa disuruh olehnya terlebih dahulu. Tak lama kemudian aku sudah kembali duduk di sampingnya lalu menyerahkan pisau itu padanya.
“Kamu ini cewek yang paling sempurna yang pernah saya temukan… cantik, seksi, anak orang kaya, pintar, dan bersedia dibunuh… pasti lezat daging kamu Mita….” ucapnya geram mengambil pisau itu dari tanganku. Sesaat kemudian pisau itu ditempelkannya di leherku. Dinginnya pisau yang menempel di leherku bikin aku horni seketika.
“Hahaha, lacur banget kamu Mita… sampai orgasme gitu, huahaha”
“Iya pak… Mita pengen dibunuh sama bapak sekarang, plis pak bunuh Mita sekarang….” ucapku memohon. Aku betina yang memohon untuk disemblih >,<
“Tapi sayangnya saya gak ingin bunuh kamu sekarang…”
“Ah… pak… kenapa?”
“Masih belum waktunya…. hehehe”
“Ihh… kok belum sih pak? Emang Mita kurang apa?”
“Kamu gak kurang apa-apa kok cantik..”
“Lha, terus? Ayo dong pak… bapak boleh entotin Mita juga deh, ambil perawan Mita sekarang sebelum bapak sembelih…Hmm… ntar semua tabungan Mita bakal Mita transfer ke rekening bapak juga deh… asal bapak bunuh Mita sekarang! Plis pak…”
“Huahahahaha… kamu emang cewek paling sempurna… tapi teman-teman saya lagi di luar kota, seminggu lagi baru bisa kamunya kita bunuh, hehehe”
“Ish…sebel!”
“Jangan marah gitu dong… hehe… tapi kulit kamu mulus banget, pasti belum pernah kena sayatan pisau ya?”
“Belum…”
“Mau dicoba dikit?”
“Hmmm… boleh… asal bapak yang melakukannya Mita bersedia, hihihi”
“Ya udah… dikit aja ya… kamu mau disayat di bagian mana?”
“Terserah bapak, tubuh Mita kan milik bapak”
“Ya udah, disini aja ya…”
Pak Jun kemudian memegang tanganku, dadaku berdebar kencang. Aku membiarkan seseorang melukai tubuhku! Tubuhku yang selama ini aku rawat, yang tidak ada lecet sedikitpun, kali ini dengan kerelaan hati dibikin lecet. Ujung pisau itu dengan cepat digoreskan ke telapak tanganku. Aku langsung merasakan perih seiring dengan darah segar yang mengalir dari telapak tanganku.
“Ngh… pak… sshhhh… sakitt….. nghhh… aahhhhhhhhhhh”
Aku meringis menahan perih. Tapi aku kemudian terkejut saat pak Jun meraih tanganku dan menjilati darah yang mengalir dari telapak tanganku. Semua darahku dijilatinya tanpa sisa! Merasakan jilatan lidahnya aku kembali bikin aku horni!!
Sesaat kemudian darahku sudah tidak lagi mengalir, tapi aku masih merasakan perih. Pak Jun membalutkan perban di tanganku dengan mulutnya yang berlepotan darahku.
“Pak Jun kayak dracula deh, hihihi” ucapku manja.
“Darah kamu aja enak, apalagi daging kamu nanti, gak sabar banget saya memakannya” ucapnya.
“Iya pak… boleh kok, sekarang juga boleh”
“Hahaha… ikut saya sebentar sini…” katanya kemudian bangkit menuju ruang belakang. Aku tanpa bertanya mengikuti saja.
Aku melihat pak Jun memanaskan sebuah besi di atas kompor. Di ujung besi itu berbentuk logo. Aku pernah melihat besi seperti ini untuk menandai hewan ternak. Jadi ujung besi yang panas itu akan dicapkan ke tubuh hewan ternak.
“Gak keberatan kan Mita?” tanyanya sambil mengangkat besi itu dan mengarahkannya padaku. Aku mengangguk.
“Tahan ya… ini mungkin akan sedikit sakit, tapi dengan ini kamu akan resmi akan jadi betina ternak kami yang akan disembelih dan disantap seminggu lagi, hehehe”
Ujung besi panas itu lalu ditempelkan di perutku, tepat di atas vaginaku!
Cussssshhh…..
“ARRHHKKKKKKKK!!! Panaaaaaaaaaaaaassssssssssssss!” aku melolong kencang. Sakitnya luar biasa!!! Aku langsung kencing dibuatnya. Air mataku mengalir.
“Hahaha… sip, kamu resmi jadi betina kita yang siap disembelih” katanya cengengesan. Aku terduduk lemas.
Akupun tersenyum. Ku lihat sebuah tanda memerah di atas vaginaku dengan huruf J, inisial dari nama pak Jun.
Aku resmi jadi betina ternaknya, seminggu lagi nyawaku akan hilang ditangannya dan teman-temanya dan jadi santapan mereka.
****
Dalam hitungan hari hidupku akan berakhir, aku sudah resmi jadi calon makanannya pak Jun dan teman-temannya. Tidak akan ada yang bisa menghalangi hal itu akan terjadi. Aku benar-benar akan dibunuh dan akan dijadikan makanan mereka. Seharusnya aku takut, tapi anehnya aku justru selalu horni setiap memikirkannya.
Saat ini aku baru saja selesai dimandikan oleh pak Jun. Dia ingin aku selalu bersih dan wangi sampai hari aku dieksekusi nanti. Selain mandi sendiri, aku juga sering dimandikan oleh pak Jun. Tapi aku lebih suka dimandikan pak Jun, karena dia mandiin aku sambil gerepe-gerepe aku, jadinya aku sering orgasme deh, hihihi.
Setelah mengeringkan tubuhku dengan handuk, aku keluar dari kamar. Aku menemukan pak Jun lagi di dapur sedang mengasah pisau. Aku bergidik ngeri melihat pisau segede itu. Terlihat sangat tajam!
“Lagi sibuk pak?” tanyaku.
“Nggak… saya lagi mengasah pisau aja…. Pisau untuk nyembelih dan potong-potong badan seksi kamu besok, hehe” jawab pak Jun. Ugh, langsung horni aku dengarnya.
Aku kemudian duduk bersimpuh di sebelah pak Jun. Memperhatikan dia mengasah pisau dari dekat.
“Hmm… pisaunya kan udah tajam pak, kok diasah terus?”
“Iya… gak papa, biar makin enak motong daging empuk kamu… ”
“Ihhh… pak Jun sok tahu, tau dari mana daging Mita empuk?”
“Ya tahu lah… kamunya cantik gitu… pasrah bersedia dibunuh dan dijadikan makanan lagi, pasti empuk banget…”
“Owhh… gitu ya pak?”
“Iya Mita cantik… selain itu juga biar gampang kuliti kulit kamu ini lho…” Pak Jun kemudian meraba-raba lengan dan pahaku. “Kulit kamu putih, mulus dan bening banget Mita… saya kuliti ya besok? Terus diawetkan… biar saya dan teman-teman bisa terus nikmatin kulit mulus kamu ini, hahaha”
“Iya pak boleh… silahkan perlakukan Mita sesuka hati bapak… Nyawa dan tubuh Mita milik pak Jun, setiap organ Mita boleh diapain aja sama pak Jun dan kawan-kawan, hihihi”
“Haha oke… Tapi kamu beneran bersedia kan kita sembelih?”
“Hihihi… iya pak Jun sayang… Mita bersumpah kalau Mita pasrah… bersedia banget dijadikan makanan sama bapak dan teman-teman bapak… Pak Jun gak perlu ragu,” ucapku senyum-senyum.
“Hahaha, makin gemas saya dengan kamu Mita… pengen cepat bunuh dan makan kamu, hahaha”
“Hihihi, iya, pak… Mita juga udah gak sabar kok, udah nungguin banget… Ya udah deh… asah terus pak pisaunya biar makin enak motong daging Mita besok… semangat pak! Go! Go! hihihi”
“Duh, gemesin banget sih kamu, hahaha… Sini kamu bantuin asah pisaunya…” suruh pak Jun kemudian.
Akupun menuruti. Aku kemudian mengasah pisau itu.
Pak Jun tampak terpesona melihatku yang sedang telanjang bulat mengasah pisau gini. Pasti ini pemandangan yang begitu indah dimata pria kanibal pecinta daging wanita seperti dia. Yang mana cewek cantik lagi mengasah pisau yang akan digunakan untuk si cewek itu sendiri. Aku sendiri juga demikian, rasanya gimanaaaa gitu, mengasah pisau yang jelas-jelas kutahu akan dipergunakan untuk menyembelihku besok. Mama… Mita horni … Anak gadismu mau disembelih Ma.
“Lihat nih pak… Mita lagi ngasah pisau yang akan dipakai untuk nyembelih Mita besok, bapak suka lihatnya?” tanyaku menggoda pak Jun.
“Hahaha, suka banget… kamu sempurna banget Mita… udah cantik, seksi, bersedia dibunuh, pisaunya diasah sendiri lagi… makin super empuk dan lezat deh dagingmu itu, hahaha” ucap pak Jun.
“Iya pak makasih, Mita bakal melakukan apapun agar daging Mita makin empuk dan lezat deh… hihihi”
“Kamu pasti lezat banget Mita… kamu betul-betul sempurna… saya pasti menikmati banget besok waktu nyembelih dan potong-potong badan kamu…”
Aku senyumin dia. Memasang senyum semanis mungkin sambil terus mengasah pisau.
“Bapak janji kan bakal makan daging Mita sampai habis?” tanyaku.
“Sampai habis gak bersisa, kamu itu terjamin lezatnya… nikmat banget daging kamu pastinya…”
“Hihihi… iya deh… Pak Jun… silahkan hilangkan nyawa Mita besok… habisi Mita, sembelih Mita pake pisau ini, kuliti Mita, potong-potong tubuh Mita sesuka hati bapak, cincang daging Mita… Badan dan nyawa Mita milik bapak” ucapku.
Setelah cukup lama mengasah, ku kembalikan pisau itu ke pak Jun.
“Nih pak, pisaunya udah tajam, siap digunakan untuk motong Mita besok, hihihi”
“Makasih Mita yang cantik dan lezat, hahaha”
“Iya pak…”
“Sekarang bantuin bersihin alat-alat masaknya ya… ada kuali, panci, panggangan, dan lain-lain yang harus dibersihkan untuk memasak kamu besok”
“Ihhh… daging Mita mau dimasak apa aja sih pak besok?”
“Ya banyak, digoreng, dipanggang, dan berbagai macam olahan makanan, daging kamu itu kan lezat banget, jadi harus dinikmati dengan berbagai macam jenis masakan, hahahaha”
“Hihihi, gitu ya…”
“Iya cantik…”
“Hihihi, siap pak… nanti Mita bantu potong bawang, cabe dan bumbu-bumbu juga deh, boleh pak?”
“Boleh banget, hahaha”
Dadaku berdebar kencang. Aku horni gak karuan, cairan vaginaku tak henti-hentinya menetes karena obrolan tak wajar ini.
***
***
Aku tidak pernah membayangkan kalau aku akan berada di tempat seperti ini. Selalu telanjang bulat. Dikelilingi orang-orang dengan obsesi mengerikan. Sebagai gadis biasa tentu saja aku takut, tapi setelah beberapa hari berada di sini entah kenapa aku malah ingin jadi bagian dari objek kegilaan mereka. Aku sampai rela dibunuh dan dijadikan santapan mereka! Memikirkan diriku amat dipuja sampai mereka ingin memakanku benar-benar membuatku jadi horni. Ugh… Kenapa sih aku ini!??
Dan akhirnya, mereka berkata kalau aku akan dieksekusi besok. Memikirkan itu aku jadi tidak bisa tidur. Perasaanku kembali campur aduk. Ada perasaan takut yang membuat dadaku terus berdebar kencang. Tapi juga ada perasaan horni membayangkan hidupku akan berakhir menjadi santapan orang-orang aneh itu, kata-kata mereka yang mengatakan kalau dagingku pasti amat lezat juga membuatku semakin horni. Ya… aku takut, tapi aku juga penasaran. Aku gak sabar dibunuh dan dijadikan makanan oleh mereka >,<
Hari itupun tiba. Aku menyahut panggilan pak Jun dengan antusias saat dia membangunkanku. Aku kemudian diajak serapan olehnya. Sambil serapan kami ngobrol ringan. Pak Jun bertanya gimana tidurku nyenyak atau tidak. Aku jawab nyenyak meskipun sebenarnya aku hampir gak bisa tidur semalam memikirkan hari ini.
“Gimana Mita?”
“Gimana apanya pak?”
“Kamu kan bakal kita bunuh hari ini… gimana perasaanmu? Kamu beneran gak takut kan? Beneran rela kan kita jadikan makanan?”
“Hmmm….”
“Gak boleh ragu lho…”
“Gak ragu kok… Mita rela banget bapak bunuh dan dijadikan makanan, tapi kok deg-degkan ya pak?”
“Hehehe… wajar kok… namanya juga bakal mati, hahaha” tawanya. Ugh, mendengar kata mati aku langsung jadi takut sekaligus horni.
“Ihh… bapak ini…”
“Soalnya persediaan daging kita udah habis nih… bapak pengen makan daging segar baru, hehe” tambah pak Jun sambil mengelus tanganku. “Duh, mulusnya… lembut banget tangan kamu Mita… bapak pengen banget nikmatinya…”
“Hihihi, gak sabar ya pak?”
“Iya gak sabar… bapak udah gak sabar makan daging”
“Hihihihi, daging siapa sih pak? Daging siapa hayo? hihihi” balasku.
“Daging kamu dong cantik… daging siapa lagi coba… kan kamu satu-satunya gadis cantiknya bapak di sini, hahaha”
“Gak mau ah, Mita gak mau jadi gadis cantiknya bapak… Mita maunya jadi makanan bapak aja, hihihi” jawabku. Bapak itu tampaknya jadi gemas mendengar perkataanku.
“Dasar kamu ini… awas aja nanti… Pokoknya hari ini kamu pasti mati kita bunuh… dan akan berakhir di perut bapak dan teman-teman bapak, hehehe” ujarnya. Ahhh… lagi! Aku horni mendengarnya!
“Hihihi, silahkan pak… Mita rela kok… daging manis Mita hanya untuk bapak dan teman-teman bapak” balasku. Aku kemudian beranjak dari kursiku dan duduk dipangkuannya. Aku melingkarkan tanganku memeluk kepalanya. “Ayo pak potong Mita sekarang… Mita udah horni pak pengen disembelih sama bapak… pleaseee…” bisikku lirih. Dia pasti senang banget aku manja gini kepadanya. Benar saja, aku dapat merasakan penisnya menjadi tegang. Tangannya juga udah mulai remas-remas tubuh aku.
“Duh… wangi banget tubuh kamu Mita… bapak suka dengan bau tubuh kamu yang harum itu.. sempurna banget kamu.. Kita tunggu teman-teman bapak… sebentar lagi mereka datang… kalau mereka udah datang kita bakal langsung bunuh kamu, oke cantik?”
“Ngmmhhh Oke pak… memek Mita jadi basah tau bayangin bakal dibunuh gini, nghh” ujarku yang langsung dibalas tertawaannya. Ugh, aku gak nyangka diriku bisa jadi kayak gini. Pak Jun sendiri juga pastinya gak nyangka kalau akan ada seorang gadis muda cantik, putih mulus, dan anak orang kaya yang bersedia dengan kerelaan hati untuk dibunuh dan dijadikan makanan olehnya.
“Bapak juga gak sabar untuk bunuh dan nikmati badan kamu cantik… Daging kamu pasti akan jadi daging terlezat yang pernah bapak makan” balas pak Jun sambil cium-cium dan jilatin wajahku. Dia seperti ingin mencicipi rasa tubuhku. Aku pasrah dan membiarkan lidahnya menjilati seluruh permukaan kulit wajahku. Dia juga ingin meminum liurku, aku beri juga dengan senang hati.
“Kamu yang terbaik deh Mita… selama ini belum ada yang rela menyerahkan dirinya untuk kita bunuh… kamu jadi yang pertama… bapak gak sabar untuk menikmati daging kamu… pasti super nikmat,” ujar pria itu. Dia sudah berkali-kali mengatakannya. Sepertinya dia memang sangat menantikan untuk menikmati dagingku. Aku juga demikian, udah gak sabar juga menyerahkan dagingku untuk mereka santap.
“Sambil nungguin teman-teman bapak enaknya kita ngapain ya pak? Hmm… Bapak mau entotin Mita nggak? Kalau mau Mita kasih… Mita akan kasih perawan Mita untuk bapak…” tawarku sambil senyum-senyum. Dia langsung tertawa mendengarnya.
“Kok ketawa pak?”
“Nanti saja… ada saatnya kok itu, hehehe” jawab pak Jun.
“Oh… ya udah…” Padahal kalau dia mau, aku bersedia banget ngasih vaginaku untuk digenjot sama dia.
Selama beberapa saat, posisi kami terus seperti itu. Yang mana aku duduk di pangkuannya pasrah membiarkan Pak Jun menjilati leher dan wajahku. Dia sepertinya menyukai rasa kulitku, keringat, serta air liurku. Hingga akhirnya teman-teman pak Jun datang. Sekarang waktunya. Dadaku berdebar kencang. Aku akan dibunuh beberapa saat lagi, dan tidak ada yang bisa menghentikan mereka untuk membunuhku!
“Hai Mita… makin cantik aja…”
“Hai cantik… Apa kabarnya?” sapa mereka. Aku balas dengan ramah.
“Hai juga….” Jawabku sambil senyum-senyum. Seharusnya aku gak seramah ini pada orang-orang yang akan membunuhku kan? Tapi aku justru menanggapi mereka dengan ramah.
“Kamu benar-benar bakal dibunuh lho sekarang… kamu udah siap cantik?” tanya mereka sambil mengelus-elus tubuh telanjangku. Aku tersenyum mengangguk.
“Mitanya udah mandi kan pak Jun?”
“Udah kok… cium aja tubuhnya…”
“Kalau Mita sih selalu wangi, hahaha” balas orang itu. Mereka tertawa, aku juga ikutan tertawa.
“Kalau gitu tunggu apa lagi… ayo kita ke belakang… hehe” ajak salah satu dari mereka membawaku ke ruang penjagalan.
Aku kini telah berada di ruangan terkutuk ini, dikelilingi para pria kanibal yang berjumlah 4 orang. Seperti biasa, begitu aku masuk bau darah tercium kuat banget. Masih ada sisa-sisa organ tubuh di sudut ruangan yang belum dibersihkan. Pandanganku kemudian tertuju pada beberapa lampu sorot mengarah ke tengah-tengah ruangan dan beberapa handycam dari berbagai posisi. Ternyata mereka ingin merekam momen-momen eksekusi terhadap diriku! Aku semakin deg-degkan karenanya.
“Pak… nanti mau direkam ya?”
“Iya Mita cantik… kamu bakal jadi artis lho… haha” jawab salah satu dari mereka.
“Soalnya nanti daging kamu bakal kita jual juga ke beberapa orang, nanti dapat bonus DVD” jelas Pak Jun.
“Ohh… Emang daging Mita mau dijual berapa pak?” tanyaku. Duh, rasanya aneh menanyakan harga dagingku sendiri, hihi.
“Yang pasti mahal dong… daging berkualitas dan super lezat kayak kamu gak mungkin dijual murah… daging kamu bakal jadi yang paling mahal yang pernah kita jual… haha” jawab pak Jun.
“Tapi nanti sedikit daging kamu bakal kita bagikan gratis juga kok ke orang yang membutuhkan… kayak ke pengemis atau gelandangan gitu… Jadi kalau orang kaya harus bayar mahal, dan orang miskin bisa dapat gratis, gitu cantik…” tambah bapak yang lain.
“Hihihi, ternyata bapak-bapak berhati baik” ujarku.
“Iya dong… kamu ikhlas kan kasih daging kamu untuk mereka?”
“Hihihi, iya deh pak… Mita senang banget kok kalau daging Mita bisa dinikmati sama orang-orang yang membutuhkan makanan…” jawabku.
“Ya udah… yuk mulai… sekarang waktunya kamu kita bunuh… hehe” ajak mereka.
Aku lalu disuruh berdiri di tengah ruangan dengan lampu sorot yang mengelilingi.
“Sekarang kita mulai ya… Ayo Mita, perkenalkan diri kamu…” suruh pak Jun. Aku mengangguk. Dengan senyum-senyum manis aku mulai memperkenalkan diri sambil menghadap kamera.
“Ngmm… Hai semua… perkenalkan nama aku Mita… umurku 21 tahun… Mahasiswi… Belum menikah dan masih perawan… Sebentar lagi Mita akan dibunuh untuk dijadikan makanan lho… Kenapa? Gak percaya ya ada cewek secantik Mita yang rela dibunuh dan dijadikan makanan? Hihihi… Kalau gak percaya tonton aja video ini sampai habis… Karena Mita akan tunjukkan pada kalian semua kalau Mita pasrah ketemu ajal demi jadi santapan kalian… Mita akan menceriakan hari kalian dengan tubuh indah Mita untuk kalian nikmati… Jadi tonton terus ya videonya sampai habis, dan nikmati daging spesial dari Mita… Oke? Muachh…”
“Bravooo… luar biasa Mita!!” Sorak sorai mereka langsung terdengar begitu aku selesai memperkenalkan diri.
“Perkenalan diri yang mantap Mita cantik!!”
“Iya… kamu benar-benar sempurna banget untuk dijadikan makanan, hahaha”
“Seandainya di luar sana banyak cewek seperti kamu yang ikhlas nyerahin dagingnya untuk dimakan, hahaha”
Aku hanya senyum-senyum mendengar ucapan pujian mereka pada diriku. Aku senang kalau mereka senang.
Dulu aku mengutuki nasibku karena berakhir di tempat seperti ini, tapi ternyata aku salah. Aku senang hidupku berakhir di sini. Aku senang bertemu pak Jun dan teman-temannya. Aku merasa hidupku jadi lebih berarti. Aku bahkan berpikir, jika seandainya aku bebas dan keluar dari tempat ini mungkin aku akan kehilangan gairah hidup. Hidupku akan terasa hampa. Ya… inilah takdirku. Inilah tujuan aku hidup. Aku dilahirkan ke dunia, tumbuh besar, menjadi gadis dewasa yang cantik, semata-mata hanya untuk dibunuh dan dijadikan makanan mereka.
“Silahkan mulai bapak-bapak… Mita siap” ujarku tersenyum semanis mungkin.
Mereka kemudian mendekat sambil membawa tali. Tangan dan kakiku kemudian diikat. Mereka mengikatku karena ingin aku layaknya hewan ternak yang harus diikat dulu sebelum disembelih. Sambil mengikatku, aku melihat salah satu dari mereka sedang mengasah pisau.
Tak butuh waktu lama hingga akupun terikat. Tubuhku kemudian dibaringkan di atas meja yang ada di belakangku, tapi kepalaku menggantung di tepi meja. Tubuhku kemudian dipegangi beramai-ramai. Dadaku kembali berdebar kencang. Ajalku semakin dekat. Aku takuuutt…. Takut!!!! Meskipun mulutku tidak ditutup, tapi tidak satupun kata yang bisa kuucapkan saat ini. Yang ada hanya rasa takut. Meski sebenarnya aku sudah pasrah untuk dibunuh, tapi bagaimanapun rasa takut itu tetap ada. Rasa takut itu semakin menjadi-jadi saat pisau itu mendekat ke arahku.
“Sambil kamu sembelih, bapak mau ambil perawan kamu ya…” ujar pak Jun.
“I..iya.. pak… Silahkan” jawabku. Dia kemudian membuka resleting celananya. Penisnya yang besar dan hitam itu kemudian ditempelkan di depan liang vaginaku.
“Bisa kita mulai?” tanya pak Jun lagi. Seorang temannya sudah menempel pisau di leherku.
“O-oke….”
Sesaat kemudian aku merasakan perih di alat kelaminku. Pak Jun memasukkan penisnya ke dalam vaginaku! “Ahhhh…” aku langsung melenguh kesakitan saat selaput daraku robek. Tapi ternyata itu bukan puncak rasa sakit yang kuterima. Aku kemudian merasakan perih yang teramat sangat ketika pisau itu menusuk dan menyayat leherku!!!!
“Sakiiiiiiiiiitttttttttttt……. Paakkk… sakiiiiitt… ahhhh… aarhrhhhhhhhh…”
Aku dapat melihat darah menyembur kencang seketika. Hatiku memang pasrah, tapi tubuhku menolak untuk mati. Rasa sakitnya sungguh luar biasa. Tubuhku meronta hebat berusaha melepaskan diri, tapi aku terus dipegangi. Lagi pula semuanya sudah terlambat. Pisau itu makin lebar dan dalam menyayat leherku. Ya… sudah terlambat. Ajalku benar-benar sudah datang. Rasa sakit yang amat kuat itu terus menggerogoti hingga aku tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Aku… aku mulai tak sadarkan diri.
Pikiranku tiba-tiba melambung jauh, aku tiba-tiba melihat wajah seseorang dalam pikiranku. Tapi aku tidak ingat wajah siapa dan kapan pernah melihatnya. Entah kenapa aku bisa melihat itu dalam pikiranku. Aku… benar-benar tidak bisa memikirkan apa-apa lagi. Seluruh kemampuan indraku juga mulai menghilang. Aku tidak bisa mendengar, melihat, dan tidak bisa merasakan apa-apa lagi…..
Sebelum aku benar-benar tak sadar, aku sempat berkata,
“Silahkan…. Ni..nikmati… tub…tubuhku…………” Lalu semuanya menjadi gelap.
Sunyi.,,,,,,,,,,,,,,,,,